
Warta Global Banten | Cilegon - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kita Cilegon berkomitmen dan melakukan aksi nyata untuk percepatan Penanggulangan Penyakit Tuberkulosis (TBC) di Kota Cilegon.
Dalam hal ini, Dinkes Cilegon mendukung upaya Gubernur Banten Andra Soni yang hari ini, Selasa 26/8/2025) memimpin Penyampaian Komitmen dan Aksi Nyata Percepatan Penanggulangan Penyakit Tuberkulosis (TBC) dari delapan provinsi di Indonesia. Delapan provinsi tersebut adalah Banten Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, Daerah Khusus Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, dan Nusa Tenggara Timur.
"Penurunan angka kesakitan TBC merupakan salah satu program unggulan kementerian Kesehatan RI," kata Kepala Bidang Pemberdayaan Masyarakat Dinkes Cilegon, drg Rully Kusumawardhany, MM. Selasa (26/8/2025) malam.
Ia juga menjelaskan, TBC adalah suatu penyakit menular disebabkan oleh bakteri mycobacterium tuberkulosis. Di mana bakteri ini bisa menyerang otak ,usus ,tulang tapi sebagian besar menyerang paru paru.
"Kuman TBC bisa tahan di udara selama 2 jam. Penularan lewat udara ketika ada penderita TBC batuk mengeluarkan percikan dahak terhirup oleh orang sekitarnya. Tanda secara umum adalah batuk berdahak 2 minggu tidak sembuh walaupun sudah diobati, suka berkeringat di malam hari, berat badan cenderung menurun. TBC bisa menyerang anak anak sampai dengan dewasa dan lanjut usia," terangnya.
drg Rully juga menyampikan saat ini Indonesia menduduki peringkat kedua dengan penderita TBC terbanyak sedunia setelah India.
"Tentunya ini bukanlah suatu prestasi yang membanggakan. TBC harus dilihat bukan hanya sebagai suatu penyakit semata, tapi lebih daripada itu TBC adalah potret kepedulian negara atau pemerintah terhadap kondisi secara menyeluruh terhadap penyebab timbulnya TBC tersebut," ujarnya.
Dijelaskan ada beberapa hal yang menjadi orang bisa terjangkit TBC, karena penyakit itu tidak bisa lepas dari
1. Kondisi rumah dan lingkungan dengan sanitasi yang tidak memenuhi standar kesehatan.
2. Kemampuan ekonomi masyarakat untuk mendapatkan asupan gizi yang memadai karena terkait dengan daya tahan tubuh masing masing individu.
3. Sarana kesehatan untuk pencegahan yaitu vaksin dimulai sejak bayi lahir yi 0-2 bulan, ,hal ini penting terutama pada lingkungan yang masih banyak penderita TBC-nya.
4. Kecukupan obat obatan bagi penderita TBC dewasa baik obat minum maupun injeksi. Pengobatan TBC paling cepat membutuhkan waktu 6 bulan.
5. Fasilitas layanan kesehatan terdepan ( Puskesmas )yang dilengkapi laboraturium yang memadai untuk peneriksaan TBC.
6. Rumah Sakit sebagai fasilitas. kesehatan rujukan yang dilengkapi sarana rontgen untuk menegakkan diagnosa TBC bahkan perlu adanya mobil rontgen keliling untuk menjangkau pemeriksaan di masyarakat supaya lebih cepat ,efektif dan efisien.
"Ini semua mesti mendapat perhatian serius dari pemerintah baik pusat sampai daerah," tuturnya.
Untuk itu drg Rully mengajak semua pihak untuk melakukan upaya penanganan TBC, yang menyeluruh dan melibatkan banyak OPD terkait tidak hanya dinas kesehatan
"Karena itu komitmen yang kuat dari pimpinan negara untuk pemerintah pusat dan pimpinan daerah untuk provinsi serta kabupaten / kota sangat diperlukan.
Dinkes Cilegon sangat menyambut baik kepedulian dan komitmen dari Gubernur Banten dalam upaya pencegahan dan penanggulangan TBC.
Pemerintah harus bisa melibatkan peran serta swasta untuk bersama sama menekan kasus TBC minimal di tempat kerja masing masing," seru drg Rully.
"Selain itu peran serta aktif masyarakat juga sangat diharapkan dengan menerapkan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ) baik di rumah, sekolah, tempat kerja, tempat ibadah maupun tempat tempat umum," sambungnya.
Masyarakat Cilegon juga dihimbau untuk membiasaan cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, memakai masker jika batuk, tidak membuang dahak sembarangan dan menjaga kebersihan lingkungan serta menggunakan air bersih untuk sehari hari.
Serta menjaga daya tahan tubuh dengan berolahraga atau aktivitas fisik minimal 30 menit setiap hari, mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang, mampu mengelola stres dan istirahat cukup.
Kebiasaan baik mesti dijaga, diterapkan dan menjadi budaya di masyarakat.