Bergulat dengan Seni, Mampukah Menggapai Indonesia Emas? - WARTA GLOBAL BANTEN

Mobile Menu

Top Ads

Serang

More News

logoblog

Bergulat dengan Seni, Mampukah Menggapai Indonesia Emas?

Monday, 13 May 2024
Foto Syaamil (PP. Al Qudwah)

Warta Global Banten | Rangkasbitung  - Bayangkan kamu sedang berada di Arena Colosseum, Romawi. Jauh ribuan tahun yang lalu. Semua kompetitor memasuki arena, dengan senjata yang sudah diasah dan latihan yang berdarah darah. Tidak ada kata kawan, hanya lawan. Semuanya berjuang demi kemenangan. Setidaknya itulah gambaran dalam ajang FLS2N ini. Ratusan siswa datang dengan skillnya masing masing. Semuanya berjuang demi trofi yang akan dibawa kembali. Tapi, apakah sampai situ saja? Tentu tidak. Baik siswa maupun panitia membawa hal yang lebih penting dari itu, mengangkut cita cita nenek moyang, menuju kejayaan 1 abad, Indonesia Emas.
 
Bagaimanapun, seni tidak hanya tentang melukis, menggambar, ataupun mengenyam. Bahkan, hampir semua hal bisa disebut sebagai seni, seperti seni bertarung, silat, menyanyi, tari, semua hal itu menyangkut dengan Seni. Ada pula "Seni Berperang" yaitu karya Sun Tzu, penulis asal China, sampai "Seni berTuhan" karya Bambang Saputro. 

Setiap orang memiliki 'jalan seni' nya tersendiri yang memiliki potensi untuk bangsa dan masa depan. Itulah yang dibawa anak anak dalam ajang kali ini. Pertanyaannya adalah, apakah dengan semua 'jalan seni' itu, Indonesia sanggup mencapai cita citanya? Karena itulah hadir para 'Pelaku Seniman', yang mempertahankan nilai kesenian atau budaya di tanah pertiwi ini.

Dari Lebak untuk Dunia
   
Jika kamu belum kenal dengan Pelaku Seniman ini, maka kamu harus kenal. Ratu Harum Sari, akrab dipanggil dengan 'Bunda', adalah seorang Seniman asal Lebak Banten, yang menguasai Ilmu Debus dan Silat, sekaligus pendiri dari PDBI ( Persatuan Debus Banten Indonesia ). Mendapat penghargaan dari Sandiaga Uno sebagai pelestari budaya dan menjadi Duta Budaya di tahun 2023.

Bunda Ratu sudah menekuni debus dan silat sejak usia dini, di bawah bimbingan kakeknya, yang mana seorang Jawara pada masanya. Setelah berlatih bertahun tahun lamanya dan tampil dari panggung ke panggung lainnya, Seni Debus mulai dilirik oleh banyak kalangan, termasuk luar negeri. Akhirnya, Bunda berangkat dan memperkenalkannya ke enam negara, Jerman, Amerika, Belanda, New Zealand, Australia, dan Jepang. Belum sampai situ, Seni Debus diakui oleh UNESCO ( United Nations Educational Scientific and Cultural Organization ).
 
Dilansir dari bantenstory.com, mengatakan bahwa, "Pasca tradisi pencak silat ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda United Nations Educational Scientific and Cultural Organization (UNESCO), kini Indonesia berusaha mengubahnya. Debus digadang untuk bisa meraih predikat yang sama."
 
"Saat ini, kata Ajat, PDBI sedang merancang agar debus bias diakui UNESCO. Langkah awal dengan menggelar Sarasehan Nasional Debus Banten dengan tema ‘Eksistensi Seni Debus Dalam Perspektif Milenial’ di salah satu hotel di kawasan Anyer, Kabupaten Serang" (5/12/2020).

Efek Globalisasi dan Gen Z
   
Kejayaan suatu negara tergantung pada setiap generasi yang datang, pun termasuk Indonesia. Kini Indonesia dihadapkan dengan generasi yang tengah berkembang, yaitu Gen Z dan Gen Alpha. Namun, yang menjadi ujung tombak bangsa tentulah dari Gen Z. Generasi millenial semakin lama semakin tua dan renta, dan beban bangsa akan dipikul oleh Gen Z.

Yang menjadi tantangan bukan lah Gen Z tersebut, melainkan arus global yang kini dialami dunia. Dunia mengalami perkembangan teknologi yang sangat cepat, tidak mustahil generasi Indonesia terkena dampaknya. Akibatnya, para pemuda minim pengetahuan kebudayaan Indonesia, bahkan tidak tertarik untuk mempelajarinya. Hal ini tentu akan menghambat terwujudnya cita cita Indonesia Emas. 

 Meskipun begitu, perlu dicatat bahwa tidak semuanya seperti itu, masih banyak pemuda yang bisa membawa nama harum dan budaya Indonesia ke dunia.

Bunda memberi tanggapannya perihal pengaruh Gen Z terhadap Indonesia Emas, "Sangat berpengaruh....karena generasi z di tahun ini banyak anak-anak muda berkarya yang sangat luar biasa membawa harum negara… mereka bisa keluar dari zona - (negatif) dan buat pemuda pemudi indonesia banyak kesempatan untuk terus berkarya… karena banyak wadah yg telah disiapkan oleh pemerintah"

Foto Syaamil (PP. Al Qudwah)

Harapan dan Cita-Cita
   
"Cita cita Bunda ingin membuat dan melestarikan sejarah, kalau sejarah di stop, tidak akan ada lagi sejarah."

Budaya, Seni, Sejarah, hal hal itu tidak bisa dipisahkan dari jiwa raga Indonesia. Karena apa? Karena hal tersebut merupakan aset berharga yang tidak akan bisa digantikan oleh apapun di dunia ini. Lalu siapa yang akan menjaga aset aset tersebut? Tentu saja Negara dan rakyat yang harus saling bahu membahu untuk mempertahankan aset tersebut.

"Lamun teu urang, saha deui? Lamun lain ayeuna, iraha deui?"
 
Begitulah tutur kata Bunda ketika berpesan kepada seorang pemuda. Kalau bukan kita, siapa lagi? Kalau bukan sekarang, kapan lagi?

Kata kata itu sederhana, namun pesan itu jelas tersirat. Bangsa sedang dalam situasi yang urgen, masa depan dipertaruhkan. Bagaimana mempertahankan bangsa? Sedangkan pemuda pemudi nyaris buta sejarah dan budaya bangsa. Apakah pemuda pemudi kini sudah siap? Jawaban itu kembali pada Perspektif kamu sendiri. 

Foto Syaamil (PP. Al Qudwah)

Bagaimanapun, harapan itu tidak akan pernah pupus. Mau seburuk atau sejatuh apapun suatu generasi, akan selalu ada yang bangkit dan bersuara untuk kesejahteraan bangsa. Jika ada pahlawan tanpa tanda jasa selain guru, maka itu adalah para Pelaku Seniman. Di tengah arus global yang banyak menenggelamkan manusia didalamnya, mereka tetap tegar mempertahankan kebudayaannya.

"Peran para seniman… fokus untuk terus berkarya, melestarikan budaya, menjaga budaya… karena budaya adalah warisan leluhur kita."

Generasi muda tidak seharusnya mengabaikan perubahan yang berada di sekeliling mereka, tapi tidak juga meninggalkan budaya yang ditinggalkan leluhur mereka. Tetaplah bercita cita setinggi angkasa, tapi bawa jugalah nama bangsa bersama kalian. Bunda Ratu Harum Sari sudah membuktikan, bahwa bergulat di dunia seni budaya tidaklah menghalangi untuk mendapat pengakuan dari berbagai belahan dunia, justru membuka potensi raksasa yang dapat mengguncangkan dunia.

Ketika pemuda itu bertanya kepada Bunda apa itu Indonesia Emas di pandangannya, ia menjawab, "Menurut Bunda, Indonesia Emas itu… Negara penuh kejayaan… kemenangan dari segala hal… emas penuh dengan gemerlap… maka dari itu Indonesia Emas agar negara kita indah bersinar"

“Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya.” ( Pasal 32 UUD 1945 ). (HSW)

Syaamil 'Aufa A.\*
*Penulis: Juara I Lomba FL2SN Bidang Jurnalistik Tingkat Kab. Lebak

No comments:

Post a Comment