Rahasia Gaza - WARTA GLOBAL BANTEN

Mobile Menu

Top Ads

Serang

More News

logoblog

Rahasia Gaza

Wednesday, 17 April 2024

Kubah Masjid yang sudah roboh

Warta Global Banten | Palestina - Gaza adalah kota tanpa masjid. Kota para syuhada yang bersujud. Saat ini tidak ada masjid. Penjajah Zionis memahami pentingnya masjid melebihi dari apa yang kita pahami. Penjajah memahami bahwa menara-menara ini adalah tombak pelindung. Dan kehadirannya tidak akan aman selama ia berdiri tegak. Dan Penjajah Zionis paham bahwa kubah-kubah ini adalah benteng yang melindungi keimanan. Dan penjajah tidak akan mengalahkan kita kecuali dia menghancurkan masjidnya.

Penjajah memahami bahwa mimbar tidak hanya menjalankan fungsi dakwah. Sebaliknya, selama bertahun-tahun, mereka telah menciptakan masyarakat pejuang yang melindungi perlawanannya. Lebih penting dari itu, Penjajah memahami bahwa bahaya terhadap keberadaannya tidak dimulai dari terowongan Gaza dan pasukan elit, walaupun memang berakhir di situ. Bahaya terhadap eksistensinya dimulai dari sesi hafalan Al-Qur’an dan program hafalan dari pasukan khusus. 

Ratusan Pahlawan Thufan Al-Aqsa dan Penyeberangan Gemilang 7 Oktober adalah para penghafal Al-Qur'an, dan Batalyon Hafiz adalah batalion yang paling kuat dalam pertempuran. Itulah sebabnya penjajah tidak meninggalkan satu masjid pun di Gaza kecuali mengebomnya, dan mereka tidak hanya menargetkan tembok, melainkan juga membombardir ruh atau  semangatnya. Inilah fungsi masjid yang disebarkan kepada masyarakat.

Pemandangan yang membuat takjub pihak penjajah, dan juga kami, adalah potret  kelas hafalan Al-Qur'an di kamp pengungsi yang basah kuyup oleh hujan dan lumpur. Dan gambar salat berjamaah di kamp perlindungan, terlihat jelas bahwa menara, kubah, dan mimbar ada di hati masyarakat Gaza. Dan mereka membawanya di dada mereka kemanapun mereka bepergian. Penjajah menghancurkan tembok masjid, namun semangat dan kesucian masjid tetap tinggi di hati masyarakat Gaza.

Perlawanan yang luar biasa ini tidak hanya berhasil membuat senjata; melainkan, berhasil  menciptakan masyarakat pejuang. Perjuangan telah menciptakan manusia pejuang yang  tidak akan dapat dihancurkan.

Tidak ada yang bisa mematikan sebuah ideologi (fikroh) dan di sinilah letak rahasia Gaza. Sekarang ini Gaza lebih merupakan sebuah fikroh daripada sebuah kota, dan hal yang paling indah dari fikroh ini adalah bahwa Gaza lah yang telah menciptakannya. Kemudian diekspor ke seluruh dunia.

Saat ini kita semua percaya bahwa penjajahan pasti akan hilang. Dan kehancuran yang tak terelakkan ini kini lebih dekat dibandingkan kemarin! Semua ini mengajak kita untuk mengambil pelajaran dari Gaza untuk kita dengan darah dan keimanan masyarakatnya, yaitu bahwa masjid adalah lembaga pendidikan dan bukan sekedar tembok batu. Dan lebih megah dari ketinggian menara. Lebih indah dari hiasan kubah, dan fungsinya lebih tinggi dari sekedar shalat lalu pulang.

Masjid-masjid ini adalah ruh yang ada dalam diri kita. Masjid pada masa kenabian merupakan bangunan pertama yang dibangun oleh Rasulullah saw. Itu adalah landasan pertama untuk membangun bangsa. Bangsa ini tidak akan kembali ke kehidupannya yang dulu sebelum menyadari peran masjid yang sebenarnya.

Perang ini cepat atau lambat akan berakhir, dan tidak ada keraguan bahwa Gaza akan muncul dengan luka yang memar dan terbebani yang perlu dibalut dan dibangun kembali, namun di sisi lain, Gaza akan menjadi kuat dan tidak dapat dipatahkan. In sya Allah akan pulih dalam waktu yang tidak dapat dibayangkan oleh siapa pun. Dan ketika perang berakhir, kita harus membangunnya kembali dengan lebih indah dari sebelumnya.

Masjidnya akan menjadi amanah bagi kita semua. Tapi di mana masjid kita, mari kita juga prihatin dari sudut pandang ini.
Mari kita pelihara masjid-masjid kita masing-masing di masjidnya masing-masing, dan biarlah diadakan kursus-kursus menghafal dan mempelajari Al-Qur’an di dalamnya, dan pelatihan permainan olah raga di halamannya, serta pelatihan berkemah dan kepanduan di sekelilingnya.

Semua karya hebat dimulai dengan sebuah ide, jadi ayolah kita mulai, tapi sekarang, bukan besok. (HSW)

*Terjemah: Iman Santoso, Lc.

No comments:

Post a Comment