Kronologi Caleg PKS Cilegon Putus Subsidi Air Bersih Ke Warga - WARTA GLOBAL BANTEN

Mobile Menu

Top Ads

Serang

More News

logoblog

Kronologi Caleg PKS Cilegon Putus Subsidi Air Bersih Ke Warga

Wednesday, 13 March 2024
Foto: Fakta Banten

Warta Global Banten | Cilegon – Menjadi berita viral di media dimana ada seorang Caleg di Cilegon memutus saluran air bersih warga sejak tanggal 18 Februari 2024 hingga saat ini. Diketahui warga Link Cisuruh RT 03, RW 06, Kelurahan Suralaya, Kecamatan Pulomerak, Kota Cilegon, yang terpaksa harus mengambil air bersih sejauh 2 kilometer untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Hal tersebut terjadi disebabkan karena sumber air bersih yang biasanya mengalir ke warga telah diputus oleh pemilik pompa air Sumedi Madasik yang juga caleg DPRD Kota Cilegon dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) nomor urut 8, Dapil IV Pulomerak-Grogol.

Dari investigasi Warta Global Banten diketahui, sebelum menjadi Calon Anggota Dewan (CAD), Sumedi yang juga pemilik rumah makan Bukit Teletubbies ini sudah 4 tahun membantu masyarakat di kampung tersebut untuk mengalirkan air bersih. Diketahui sumur pompa milik Sumedi sudah mengalirkan air bersih ke warga sejak tahun 2019.

Untuk operasional Sumedi menarik biaya Rp.5.000,- - Rp.10.000,- per Kepala Keluarga (KK) tiap bulan. Karena biaya operasional tersebut tidak cukup tiap bulan, maka Sumedi pun harus mengeluarkan dari kantong sendiri sebagai subsidi sebesar Rp.2 juta per bulan. 

Setelah menjadi CAD, Sumedi minta kepada warga agar membantu mendapatkan 100 suara dari total Daftar Pemilih Tetap (DPT) yang berjumlah 140 suara. Namun hasilnya tidak sesuai ekpektasi, dimana Sumedi hanya memperoleh 60 suara di Kampung tersebut. Dari situlah awal diputusnya aliran air bersih ke warga. Bantuan yang diberikan selama bertahun tahun kalah dengan money politik Rp.200 -300 ribu dari CAD yang lain.

Saat ini kebutuhan warga untuk minum, cuci, dan kasus pun menjadi terkendala. Kondisi kampung tersebut berada di dataran tinggi dan sering mengalami kesulitan air bersih. Disaat musim kemarau yang lalu warga pun harus mencari air ke bawah yang jaraknya hampir 4 sampai dengan 5 kilometer untuk mendapatkan air meski harus berebut dengan warga lain.

Makanya pada tahun 2019 warga meminta bantuan ke Sumedi agar sumur pompa miliknya dialirkan ke kampung atas. Sumedi pun menyetujui dengan kesepakatan warga membayar Rp.5.000 per kubikasi yang juga disetujui oleh warga. 

Sebelum pemutusan aliran air bersih ke warga, Sumedi sempat mengundang para tokoh masyarakat setempat untuk meminta agar biaya listrik dan perawatan mesin diserahkan ke warga sepenuhnya.

Menurut Sumedi, selama ini biaya yang dibebankan ke warga tersebut tidak menutupi untuk pembayaran listrik setiap bulannya. Sehingga Sumedi harus mensubsidi sebesar 2 juta selama empat tahun belakangan ini. Karena merasa tidak mampu lagi mensubsidi, akhirnya Sumedi memutuskan untuk menghentikan bantuan.

Warga mengaku sudah memohon dan meminta kepada Sumedi agar air ke kampungnya dialirkan kembali. Namun musyawarah tersebut hingga saat ini mengalami jalan buntu.

Sumedi menegaskan, dirinya akan kembali membuka aliran air bersih ke warga Kampung Cisuru bila sudah ada solusi terbaik yang didapat dari kedua belah pihak. "Bukan saya tutup, hanya sementara supaya ada solusi terbaik buat saya dan masyarakat," ucapnya.

Warga berharap kepada pihak pemerintah dan juga pihak industri PT Indonesia Power agar memperhatikannya dan membantu dengan membuatkan sumur pompa air bersih menuju kampung tersebut. (HSW)

No comments:

Post a Comment