
Gambar ilustrasi. Sumber: almesryoon.com
Warta Global Banten - Di jantung kota Mekkah, di tengah ribuan pedagang dan peziarah yang menghormati Ka'bah, muncul seorang pria yang diangkat menjadi utusan Allah—Muhammad SAW. Dengan tekad bulat, beliau mencari jalan untuk menyampaikan wahyu yang diterima dari Tuhan. Namun, tantangan dakwah yang dihadapi sangat besar.
Ketika Rasulullah mulai berdakwah, banyak orang Mekkah, terutama para pemimpin Quraisy, merasa terancam. Mereka terbiasa dengan sistem kepercayaan yang ada, menyembah berhala dan mempertahankan kuasa mereka. Dengan membantu mengubah pandangan masyarakat, Rasulullah SAW membawa pesan akan tauhid dan keesaan Allah.
Suatu hari, setelah menerima wahyu pertama di Gua Hira, beliau mulai mengajak keluarganya dan orang-orang terdekat untuk menerima Islam. Khadijah, istrinya yang setia, adalah orang pertama yang percaya. Begitu juga dengan Ali bin Abi Talib, sepupu dan sahabat beliau, serta Abu Bakar as-Siddiq, yang juga segera mengikuti ajaran baru ini.
Namun, tantangan mulai muncul. Para pemimpin Quraisy merasa bahwa ajaran tersebut mengganggu tradisi dan mengancam kekuasaan mereka. Mereka mulai mengintimidasi para pengikut Rasulullah, menyebarkan berita palsu, dan menggunakan berbagai cara untuk melemahkan gerakan dakwah ini. Para sahabat yang lemah, seperti Bilal bin Rabah, mengalami penyiksaan yang mengerikan, sementara yang lainnya diusir dari rumah mereka.
Di tengah tantangan itu, Rasulullah tidak pernah menyingkir. Beliau terus berdakwah di tempat-tempat umum, hingga ke pasar-pasar Mekkah. Dalam setiap kesempatan, beliau mengingatkan umat untuk percaya kepada Tuhan yang Maha Esa, berbuat baik, dan menjaga hubungan sesama manusia. "Sesungguhnya Allah menciptakan kita untuk beribadah dan saling mencintai," ujarnya.
Satu sore, ketika Rasulullah tengah berdakwah di depan Ka'bah, seorang pemimpin Quraisy, Abu Lahab, datang menghampiri. Dengan penuh kemarahan, dia menghina dan mengejek Rasulullah di hadapan banyak orang, berusaha menghentikan dakwahnya. Namun, dengan tenang dan penuh keyakinan, Rasulullah SAW menjawab, "Jika itu yang kau pilih, aku tidak akan berhenti menyampaikan kebenaran yang datang dari Allah."
Tantangan berlanjut. Para pemimpin Quraisy memutuskan untuk mengadakan pertemuan dan merancang strategi untuk melawan dakwah ini. Mereka mencoba membujuk Abū Bakar agar menghentikan dukungannya kepada Rasulullah, tetapi semua usaha mereka sia-sia. Abu Bakar tetap berdiri kokoh di sisi Rasul, menunjukkan bahwa iman tak dapat dipatahkan oleh ancaman.
Di tengah semua kesulitan ini, Rasulullah dengan bijak mengajarkan para pengikutnya tentang kesabaran dan keteguhan iman. Beliau mendorong mereka untuk terus menebarkan ajaran kebaikan, walaupun sedikit. "Bersabarlah, karena Allah bersama kita. Tidak ada yang lebih kuat dari iman yang tulus," tegas beliau dalam nasihatnya.
Dalam suasana yang semakin menegangkan, beliau dan para pengikutnya memutuskan untuk berhijrah ke Yastrib (kemudian dikenal sebagai Madinah). Perpindahan ini menjadi titik balik penting bagi dakwah Islam. Di sana, mereka menemukan dukungan kuat dari penduduk setempat yang menerima ajaran Islam dengan penuh sukacita.
Kisah tantangan dakwah di Mekkah ini mengajarkan kita betapa pentingnya keteguhan dan keikhlasan untuk menyampaikan kebenaran. Rasulullah SAW, dengan segala kesabaran dan keberaniannya, menunjukkan bahwa dalam setiap tantangan, selamanya akan ada harapan bagi mereka yang berjuang demi kebenaran dan keadilan. Akhirnya, berkat perjuangan tersebut, Islam semakin berkembang dan diterima oleh banyak orang di seluruh dunia.
Wallahu A'lam Bissowab
Tulisan: Muhammad Irsyad
No comments:
Post a Comment