Berdasarkan hasil diskusi dan pengamatan langsung di lahan pertanian, banyak petani di Karyasari yang masih menaburkan pupuk secara manual. Cara ini membutuhkan waktu lebih lama, tenaga ekstra, dan seringkali hasilnya kurang merata. Mahasiswa dari bidang Teknologi Tepat Guna pun berinisiatif merancang alat yang praktis, murah, dan mudah dibuat menggunakan bahan-bahan sederhana seperti pipa PVC, botol bekas, dan kayu.
Alat ini dilengkapi dengan sistem tabung dan tuas putar yang mampu menaburkan pupuk secara merata saat pengguna berjalan. Inovasi ini tidak hanya mempercepat proses pemupukan, tetapi juga mengurangi pemborosan pupuk.
"Kami senang ada mahasiswa yang peka terhadap kesulitan kami. Alat ini ringan, mudah dipakai, dan sangat membantu saat di sawah," ujar Pak Wardi, salah satu petani di Dusun Pasir Muruy yang ikut dalam uji coba alat.
Setelah melalui proses uji coba dan penyempurnaan desain, mahasiswa KKM memberikan pelatihan penggunaan kepada kelompok tani dan menyerahkan beberapa unit alat untuk digunakan secara bergilir. Tidak hanya itu, mereka juga memberikan panduan sederhana agar alat ini dapat direplikasi secara mandiri oleh masyarakat desa.
Program ini menjadi bukti bahwa teknologi tepat guna tidak harus rumit. Cukup dengan kreativitas, keberpihakan pada kebutuhan lokal, dan semangat gotong royong, inovasi sederhana dapat memberi dampak besar bagi produktivitas pertanian desa.
"Teknologi bisa dimulai dari desa, dan alat sederhana seperti ini membuktikan bahwa kemajuan pertanian bisa diraih dengan cara yang mudah dan murah," ujar Pramudya dan Muslim mahasiswa KKM bidang teknologi tepat guna.
Dengan semangat inovasi lokal dan kolaborasi antara mahasiswa dan petani, Desa Karyasari menegaskan langkah kecil menuju pertanian yang lebih efisien dan mandiri.
No comments:
Post a Comment